makalah bab toharoh


MAKALAH
باب الطّهارة
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
FIQIH
Dosen Pengampu: Miftahus Surur, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:
1.      Dian Arista                                           : (23020160005)
2.      Mubarok Fatahillah                               : (23020160013)
3.      Agus Ghulam Firza                               : (23020160027)         

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
TAHUN 2016/2017




BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Agama islam adalah agama yang diridhoi Allah SWT. Selain dari pada islam itu semuanya bathil dihadapan Allah SWT. Walaupun banyak nama agama di dunia ini, namun agama Islam ini mempunyai beberapa rukun, yaitu rukun Islam, rukun Iman, dan rukun Ihsan. Kita sebagai umat islam harus paham dan mengerti mengenai hal ini.
Diantara rukun tersebut, mempunyai masing-masing ilmu, seperti halnya rukun islam ilmunya adalah fiqih, rukun iman ilmunya adalah tauhid dan rukun ihsan ilmunya adalah tasawuf.
Mengenai hal itu, kita awal mula mempelajari tentang ilmu fiqih untuk menggali keislaman kita supaya benar benar kaffah di sisi Allah SWT.Pelajaran fiqih adalah merupakan pelajaran yang sangat penting bagi kita. Dikarenakan, menyangkut dengan benar atau tidaknya tata cara brsuci kita, ibadah kita dan berkaiatan dengan muamalah kita. Oleh karena itu, mari kita sama sama menuntut ilmu fiqih.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Thaharah?
2.      Apa aja alat untuk bersuci dan penjelasannya?
3.      Apa saja macam-macam bersuci dan penjelasanya?
4.      Apa yang dimaksud tentang haid, nifas dan istihadhoh?
C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian Thaharah
2.      Untuk mengetahui dan memahami alat untuk bersuci dan penjelasannya
3.      Untuk mengetahui dan memahami macam-macam bersuci dan penjelasanya
4.      Untuk mengetahui dan memahami tentang haid, nifas, dan istihadhoh

BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian
Thaharah menurut bahasa artinya suci atau bersih, adapun menurut syara’ Thaharah ialah suci atau bersih dari hadats dan najis.[1]
1.      Hadats ialah sesuatu yang keluar dari dalam tubuh manusia. Misalnya; keluar angindari dubur (kentut).
2.      Najis ialah sesuatu yang datang dari luar dan dari dalam tubuh manusia. Misalnya; kena air kencing, kotoran manusia/hewan.[2]
B.        Alat Bersuci
1.      Alat untuk bersuci itu ada 4,[3] antara lain:
a.       Air.
1)      Air terbagi dalam tigamacam:
a)      Air suci yang mensucikan, yaitu:
Ø  Air dengan tanpa batasan sesuai dengan keadaan, seperti air laut
Ø  Air yang masih suci karena sesuatu yang bercampur dan tidak dapat dihindarkan
b)      Air suci yang tidak mensucikan, yaitu:
Ø  Air yang sedikit digunakan untuk sesuatu yang wajib/fardhu
Ø  Air banyak yang berubah karena tercampur dengan barang suci
c)      Air tidak suci mensucikan (air najis), yaitu:
Ø  Air sedikit yang terkena najis
Ø  Air banyak yang terkena najis
2)      Macam-macam air untuk besuci itu ada 7, yaitu:
a)      Air Hujan
b)      Air Laut
c)      Air Sungai
d)      Air Sumur
e)      Air Sumber
f)        Air Es
g)      Air Embun
b.      Debu
1)      Debu terbagi dalam 3 macam:
a)      Debu yang suci mensucikan
Debu yang suci mensucikan adalah debu yang belum digunakan untuk melaksanakan hal yang fardlu dan tidak tercampur dengan sesuatu
b)      Debu yang suci tidak mensucikan
Debu yang suci tidak mensucikan adalah debu yang telah digu akan untuk kefardluan atau yang tercampur dengan sesuatu
c)      Debu yang najis
Debu yang najis adalah debu yang tercampur najis, baik itu banyak maupun sedikit
c.       Batu
1)      Syarat-syarat bersuci memakai batu itu ada 8, yaitu:
a)      Adanya 3 batu
b)      Batu tersebut bisa membersihkan tempat yang najis
c)      Najisnya tidak sampai kering
d)      Najis belum pindah dari tempat asalnya
e)      Tidak kedatangan najis baru (lain)
f)        Najis tersebut tidak boleh melewati kanan kirinya dubur dan hasyafah
g)      Najis tersebut tidak terkena air
h)      Batu-batunya harus suci[4]
d.      Barang untuk menyamak kulit bangkai
Barang yang digunakan untuk menyamak adalah sesuatu yang bisa menghilangkan lendir dan kotoran kulit dan baunya. Sehingga jika kulit tersebut direndam setelah disamak, maka tidak berbau busuk (tetap awet)
1)      Macam-macam barang untuk menyamak, antara lain:
a)      Daun salam
b)      Tumbuh-tumbuhan yang berbau sedap tapi pahit rasanya
c)      Sabun
e.       Tahallul
Tahallul adalah perubahan arak menjadi cuka yang secara alamiah tanpa proses pencampuran dengan benda lain yang tidak terkena najis
C.     Macam-macam bersuci
      Adapun beberapa macam-macam bersuci yang meliputi beberapa aspek, antara lain: (1) Wudlu’; (2) Mandi; (3)Tayamum; (4)Menghilangkannajis.[5]
Berikut penjelasanya,
1.      Wudlu’.[6]
a.       Pengertian wudlu’
Wudlu’ adalah menggunakan air pada anggota badan tertentu yang diawali dengan niat
b.      Pembagian wudlu’, antara lain:
1)      Wudlu’ wajib
2)      Wudlu sunnah

c.       Syarat-syarat wudlu’
1)      Islam
2)      Tamyiz
3)      Suci dari haid dan nifas
4)      Bersih dari sesuatu yang tidak menghalangi datangnya air ke kulit
5)      Di anggotanya tidak terdapat sesuatu yang merubah air
6)      Tahu akan kefardhuan wudhu
7)      Tidak niat wudhu itu sebagai hal sunnah
8)      Airnya bersih dan suci mensucikan
9)      Sudah masuk waktu sholat, kecuali orang yang tidak punya hadats maupun najis
d.      Fardhunya wudlu ada 6 perkara, antara lain:
1)      Niat.
Yaitu niat dalam hati untuk menghilangkan hadats, atau niat fardhu wudhu karena mencari ridho Allah
2)      Membasuh wajah.
Batasnya atas dari tempat tumbuhnya rambut kepala, batas bawah sampai tempat kumpulnya janggut, lebarnya dari telinga kanan sampai telinga kiri
3)      Membasuhkeduatangansampaisiku – siku
4)      Mengusapsebagiankepalaberupakulitkepalamaupunrambutkepala
5)      Membasuhkedua kaki sampaimata kaki
6)      Urut (Tartib)
e.       Makruhnhya wudlu’ itu ada 4, antara lain:
1)      Memakai air secara berlebihan
2)      Minta bantuan orang lain, kecuali ada halangan
3)      Melebihi dari tiga kali
4)      Mengelapi (dengan handuk) bekas wudlu’nya, kecuali kedinginan

f.        Hal – hal yang membatalkan wudlu :
1)      Keluarnya sesuatu dari dua jalan, kecuali mani
2)      Hilangnya akal atau kesadaran karena mabuk, sakit, gila. Kecuali tidurnya orang yang menempatkan pantatnya ditanah
3)      Bersentuhannya dua kulit laki – laki dan perempuan yang bukan mahrom dengan tanpa penghalang
4)      Menyentuh farji dengan kulit telapak tangan
g.       Hikmah berwudlu :
      Setiap orang yang berwudhu membasuh mulut, hidung, telinga, wajah, tangan, dan kaki itu menghilangkan kotoran dan debu dari tubuhnya sehingga tubuhnya menjadi bersih ,dan ketika seseorang itubersih, maka akan bertambah banyak sifat rajinnya.

            Allah pun telah memerintahkan bersuci sebelum shalat :
يا ايها الذين امنوا اذا قمتم الى الصلاة فاغسلوا وجوهكم وايديكم الى المرافق وامسحوا برءوسكم وارجلكم الى الكعبين
            Dan Allah juga menyukai orang – orang yang suci
ان الله يحب التوا بين ويحب المتطهرين
2.      Mandi.[7]
Perantara bersuci yang kedua yaitu mandi. Mandi yaitu mengalirkan air keseluruh tubuh dengan niat khusus. Ada yang diniatkan untuk membersihkan tubuh dan ada juga yang di niatkan menghilangkan hadats karena suatu perkara dan hukum mandi ini adalah wajib.
a.       Perkara – perkara yang mewajibkan mandi :
1)      Jimak atau janabah , kegiatan rutinan suami istri
2)      Haid, darah yang keluar dari perempuan setiap bulan
3)      Nifas, darah yang keluar sebab wiladah
4)      Wiladah, melahirkan
5)      Matinya orang islam, kecuali mati syahid
b.      Fardhunya mandi meliputi 3 aspek, antara lain:
1)      Niat (bersamaan dengan mengalirkan air dengan niat menghilangkan hadats jinabah, nifas dan haid)
2)      Menghilangkan sesuatu najis yang terdapat di badan
3)      Mengalirkan air ke seluruh kulit dan rambut
c.       Sunnah-sunnah mandi, antara lain:
1)      Membaca bismillah
2)      Wudhu sebelum mandi
3)      Menggosok-gosokan tangan ke seluruh badan
4)      Menyela-nyela
5)      Mendahulukan anggota yang kanan dari pada yang kiri
6)      Sunnah mengulang tiga kali
d.      Makruhnya mandi sama dengan makruhnya wudlu’
e.       Beberapa perintah yang disunnahkan mandi sunnah, antara lain:
1)      Mandi sholat Jumat
2)      Mandi sholat hari raya (idul fitri dan idul adha)
3)      Mandi sholat istisqo’
4)      Mandi sholat gerhana bulan dan gerhana matahari
5)      Memandikan mayit
6)      Sembuh dari ayan dan gila
7)      Mandi ihram ketika haji
8)      Mandinya orang kafir yang masuk islam
9)      Mandi karena wuquf di ‘Arafah (9 Dzulhijjah)
10)   Mandi karena bermalam di muzdalifah dan melempar jumroh
11)   Mandi ketika thawaf qudum dan thawaf ifadhah atau thawaf wada’

3.      Tayamum.[8]
            Tayamum menurut bahasa ialah menuju. Sedangkan menurut syara’ ialah meratakan debu yang suci ke wajah dan kedua tangan dengan niat tayamum
a.       Syarat-syarat tayamum itu ada 5, yaitu:
1)      Islam
2)      Tamyiz
3)      Adanya udzur, misal : musafir dan orang sakit
4)      Masuk waktu sholat
5)      Mencari air ( fardhu ain )
6)      Tidak adanya air
7)      Debu yang suci dan mensucikan
8)      Satu pukulan untuk wajah
9)      Satu pukulan untuk kedua tangan
b.      Fardhunya tayamum ada 4, antara lain:
1)      Niat fardhu tayamum
2)      Membasuh wajah
3)      Membasuh kedua tangan sampai kedua siku dengan dua pukulan
4)      Urut (tartib)
c.       Sunnah-sunnah tayamum itu ada 3, yaitu:
1)      Membaca Bismillah
2)      Mendahulukan tangan  yang kanan dari yang kiri
3)      Sambung menyambung
4)      Menghadap qiblat
5)      Mengawali mengusap wajah dari bagian atas


d.      Makruhnya tayamum, yaitu:
1)      Menggunakan debu secara berlebihan
2)      Mengulang-ulang usapan pada setiap anggota tayamum
e.       Perkara yang membatalkan tayamum ada 3 perkara, antara lain:
1)      Segala sesuatu yang membatalkan wudhu
2)      Melihat adanya air
3)      Murtad
4.      Menghilangkan najis.[9]
a.       Pembagian Najis.
      Ulama fiqih berpendapat, bahwa najis itu dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1)      Najis Mukhaffafah ( ringan ), yaitu najis yang ringan
2)      Najis Mutawassithah, yaitu najis yang mensucikanya cukup dibasuh sekali saja, sampai tidak kelihatan bekas najisnya, baik warna, bau dan sifatnya. Najis Mutawassithah terbagi menjadi 2 bagian:
a)      Najis ‘Ainiyah adalah najis yang terlihat atau berwujud oleh mata yakni, najis yang mempunyai 3 aspek, yaitu rasa, bau dan warna.
b)      Najis Hukmiyah  adalah najis yang tidak terlihat atau tidak terwujud oleh mata
3)      Najis Mughalladhah, yaitu najis yang berat
b.      Benda-benda najis.
Adapun yang termasuk benda-benda najis ialah:
1)      Bangkai, kecuali bangkai manusia, belalang, ikan
2)      Darah, kecuali hati dan limpa
3)      Nanah
4)      Air kencing dan kotoran manusia
5)      Segala minuman keras yang memabukkan
6)      Anjing dan Babi
7)      Bagian tubuh binatang yang dipotong dari binatang yang masih hidup.
8)      Air madzi (air yang keluar ketika syahwat tegang) berwarna putih
9)      Air Wadi (air yang keluar ketika kita kecapekan)
c.       Cara mensucikan najis
Adapun cara mensucikan najis itu ada 3, antara lain:
1)      Najis Mukhaffafah ialah cukup menyiram dengan air yang suci pada tempat yang najis.
2)      Najis Mutawassithah ialah disiram dengan air yang suci hingga bersih, sehingga hilang warna, bau dan rasanya (bila najis ‘Ainiyah). Jika ( hukmiyah) maka cukup menyiramkan air satu kali saja.
3)      Najis Mughalladhah ialah wajib dibasuh 7 kali dan salah sau diantaranya dengan air yang bercampur dengan tanah/debu suci.
d.      Najis yang dimaafkan (ma’fu)
Najis yang dimaafkan adalah najis yang tidak wajib disucikan, sebab sedikit, misalnya, najis bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya.
e.       Istinja
Istinja’ adalah membersihkan setelah keluar kotoran dari dubur dan qubul. Sedangkan hukumnya adalah wajib, dan yang digunakan untuk beristinja’ adalah dengan air suci atau dengan batu.
1)      Syarat wajib sebelum beristinja’, antara lain:
a)      Tidak boleh menghadap qiblat atau membelakanginya
b)      Adanya pemisah atau satir/ tabir yang tingginya 2/3 dzira’
2)      Adab atau tata krama beristinja’.
Di dalam agama islam diajarkan beberapa tata cara dan adab buang air, antara lain:
a)      Mendahulukan kaki kiri ketika masuk, dan mendahulukan kaki kanan ketika keluar
b)      Janganlah buang air pada lubang tanah
c)      Hendaknya diam ketika sedan qodhil hajat
d)      Membaca doa
e)      Ditempat yang tertutup
f)        Jangan menghadap qiblat
D. Haid, nifas dan istikhadloh
1.      Ada 3 macam darah yang keluar dari farji wanita, yaitu : darah haid, nifas, dan istikhadloh.[10]
a.       Haid
     Haid ialah darah yang keluar dalam masanya haid yakni setelah sampai umur 9 tahun ke atas, dan darah ini keluar bukan karena sebab penyakit atau melahirkan tetapi karena watak atau kudrat perempuan normal.
     Masa haid paling sedikit adalah sehari semalam dan masa haid yang paling lama adalah 15 hari beserta malamnya. Apabila lebih dari itu, maka dinyatakan sebagai darah istihadhah. Sedangkan haid menurut kebiasaannya yaitu 6 atau 7 hari. Adapun masa suci diantara masa haid itu paling sedikit 15 hari.
b.      Nifas
     Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim wanita sehabis mengeluarkan anak.
     Masa nifas itu paling sedikit hanya sebentar dan permulaan nifas itu dimulai saat berpisahnya atau keluarnya anak. Sedangkan masa nifas paling banyak yaitu 60 hari dan yang umum yaitu 40 hari.
c.       Istihadlah
     Istihadlah yaitu darah yang keluar  bukan karena haid dan nifas dan bukan karena dalam keadaan sehat.

2.      Perkara yang diharamkan bagi orang yang sedang haid dan nifas :
a.       Shalat
b.      Berpuasa
c.       Membaca Al – qur’an
d.      Menyentuh dan membawa mushaf
e.       Memasuki masjid
f.        Thawaf
g.       Haram di jima’



















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Pengertian
Thaharah menurut bahasa artinya suci atau bersih, adapun menurut syara’ Thaharah ialah suci atau bersih dari hadats dan najis.
2.      Alat Bersuci
a.       Alat untuk bersuci itu ada 3, yaitu
1)      Air
2)      Debu
3)      Batu
4)      Barang untuk menyamak kulit bangkai
5)      Tahallul
3.      Macam-macam bersuci
Adapun beberapa macam-macam bersuci yang meliputi beberapa aspek, antara lain: (1) Wudlu’; (2) Mandi; (3)Tayamum; (4)Menghilangkannajis.
4.      Haid, Nifas, Istikhadhoh
a.       Ada 3 macam darah yang keluar dari farji wanita, yaitu:
1)      Darah Haid
2)      Darah Nifas
3)      Darah Istikhadloh
b.      Perkara yang diharamkan bagi orang yang sedang haid dan nifas :
1)      Shalat
2)      Berpuasa
3)      Membaca Al – qur’an
4)      Menyentuh dan membawa mushaf
5)      Memasuki masjid
6)      Thawaf
7)      Haram di jima’
B.     Saran
Mungkin dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekhilafan penyusun. Dengan rendah hati kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan menjadi manfaat bagi kita semua. Alhamdulillahirabbil’alamin..
























DAFTAR PUSTAKA
Al-jawi, Abi Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi. Th.h. Kitab Safinatun Naja. Surabaya: Imarotullah.
Assayuthi, Imam Bashori. 1998. Bimbingan Ibadah Shalat Lengkap. Surabaya: Mitra Ummat.
H. Hakim, Taufiqul. 2010. Kitab Fiqih Thoharoh. Jepara: PP. Darul Falah.
Kitab Mabadi Fiqih Juz 3. E-book.
Kitab Risalatul Mahid. E-book.
Syekh Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i. Th.h. Kitab Fathul Qorib. Surabaya: Darul Ilmu.
Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy. 2006. Kitab Fathul Muin. Surabaya: Kharomain Jaya.
Yunus, Syekh Mahmud. 1935. Kitab Fiqih Wadhi’. Jakarta: Maktabah As-Sa’adiyah Putra.



                [1]Syekh Al-imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-syafi’i,Kitab Fathul Qorib, Darul Ilmu, Surabaya, Th.h, hlm. 4.
                [2]Imam Bashori Assayuthi,Bimbingan Ibadah Shalat Lengkap, Mita Ummat, Surabaya, 1998, hlm. 2
                [3]H. Taufiqul Hakim,Kitab Mukhtasor Fiqih Thaharah, PP. Darul Falah, Jepara, 2010, hlm. 2.
                [4]Abi Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi, Kitab Safinatun Naja, Imarotullah, surabaya, Th.h, hlm.
                [5]Syekh Mahmud Yunus, Kitab Fiqih Wadhi’, Maktabah As-sa’adiyah Putra, Jakarta, 1935, hlm.
                [6]Kitab Mabadi Fiqih Juz 3 Bab Wudlu’, E-book
                [7]Syekh Al-imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-syafi’i,Kitab Fathul Qorib Bab Mandi, Darul Ilmu, Surabaya, Th.h, hlm. 6        
                [8]Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy,Kitab Fathul Muin, Kharomain Jaya, Surabaya, 2006, hlm.3
                [9]H.Taufiqul Hakim, Kitab Mukhtasor Fiqih Thaharah Bab Najis, PP. Darul Falah, Jepara, 2010, hlm. 20
  • [10]Kitab Risalatul Mahid, E-book

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sighot AMR

الفصاحة - بلاغة