PONDOK PESANTREN
A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA PONDOK PESANTREN
pesantren
merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, dimana bila di tinjau
dari segi sejarah dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni
menyebarkan dan mengembangkan ajaran islam, sekaligus mencetak kader-kader
ulama.
Pondok
adalah rumah atau tempat tinggal sederhana, disamping itu kata “Pondok” berasal
dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti asrama. Sedangkan Istilah pesantren
berasal dari kata Shastri (India) yang berarti Orang yang mengetahui kitab suci
(Hindu). Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri. Dalam bahasa Jawa mnejadi Santri dengan mendapat awalan Pe dan
akhiran an menjadi Pesantren :Sebuah pusat pendidikan Islam tradisional atau
pondok untuk para siswa sebagai model sekolah agama di Jawa.
Di
Aceh Pesantren disebut : dayah, Rangkang, Meunasah. Pasundan disebut Pondok,
dan di Minangkabau disebut Surau. Pimpinan pesantren tertinggi (Pengasuh)
disebut Kyai (jawa), Tengku (Aceh), Datuk atau Buya (Minangkabau), Abah/Ajengan
(Sunda).
Tokoh
yang pertama mnedirikan pesantren adalah Maulana malik Ibrahim (w. 1419M),
beliau menggunakan Masjid dan pesantren untuk pengajaran ilmu-ilmu agama yang
akhirnya melahirkan tokoh-tokoh wali songo. Pada taraf permulaan bentuk
pesantren sangat sederhana, kegiatan pendidikan dilakukan di masjid dengan
beberapa santri. Ketika Raden Rahmad (Sunan Ampel) mendirikan pesantren (Ampel
Dento) hanya memiliki tiga orang santri. Para santri yang telah selesai
belajarnya di Pesantren Ampel Dento kemudian mendirikan pesantren baru. Salah
satunya adalah Raden Paku (Sunan Giri) yang mendirikan Pesantren d desa
Sidomukti, Gresik yang bernama Giri Kedaton.
Pesantren
Giri Kedaton memiliki santri dari berbagai daerah, seperti jawa, Madura,
Lombok, Sumbawa, Makasar, Ternate, dan lain-lain. Setiap santri kemudian
mendirikan pesantren di daerahnya masing-maisng dengan demikian pesantren dapat
berkembang dengan pesat.
Berdasarkan
sejarah berdirinya, maka tujuan berdirinya pesantren ialah :
1.
Sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan
pembentuk kader-kader ulama
2.
Sebagai benteng pertahanan dan pengawal
bagi keberlagsungan dakwah Islamiyah di Indonesia.
B.
FUNGSI DAN PERAN PESANTREN DALAM PENYEBARAN ISLAM
Fungsi
utama pondok pesantren ialah sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pusat
dakwah islamiyah. Pada masa penjajahan Pesantren merupakan pendidikan
menanamkan sikap patriotisme dan basis perjuangan untuk melawan penjajah.
Tradisi
pesantren memiliki sejarah panjang. Oleh karena itu, situasi dan peranan
Pesantren dewasa ini harus dilihat dalam hubungan perkembangan Islam jangka
panjang, baik di Indonesia maupun di negara-negara Islam pada umumnya.
Sesuai
dengan perkembangan jaman maka pondok pesantren saat ini dilengkapi dengan
ilmu-ilmu umum dan berbagai ketrampilan. Hal ini untuk membekali para santri
agar tidak gagap dengan perkembangan IPTEK dan dapat berperan aktif dalam
masyarakat luas.
Pendidikan
di Pesantren bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowliege)
tetapi juga transfer nilai (transfer of value), sehingga akan mampu mencetak
santri yang menguasai ilmu-ilmu agama, mengamalkan ilmunya dengan ikhlas, dan
menjadi orang yang sholeh apapun profesinya.
C.
METODE KAJIAN YANG DILAKUKAN DI PESANTREN
Proses
pendidikanya berlangsung 24 jam, dimana terjadi hubungan antara Kyai dan
santri, santri sesame santri yang berada dalam satu kompleks (masyarakat
belajar).
Setidaknya
ada tiga jenis ilmu keislaman yang secara istiqomah diajarkan di pesantren,
yaitu : Aqidah (Kalam), Fiqh (Syari’ah), dan Akhlaq (tasawuf). Ketiga ilmu
tersebut digali dan dipelajari dari sumber kitab-kitab salaf (kitab kuning)
yang disusun oleh para ulama Ahlusunnah wal Jama’ah.
Sistem
pembelajaran di Pesantren meliputi :
1. Sorogan,
Kyai/Ustadz mengajar para santri satu persatu, tanpa membedakan umur dan
jenjang pendidikan.(kelas). Contoh : sorogan Qur’an, sorogan Kitab dan
lain-lain.
2. Bandungan,
Kyai/Ustadz mengajar para santri secara bersama-sama tanpa membedakan umur dan
kelas. System ini biasanya dilakukan pada waktu tertentu dan pada materi
tertentu, seperti pengajian akhlaq, Hadits, Pengajian Romadlon, dan lain lain.
3. Madrasy
/ Kalsikal, system pembelajaran dengan cara klasikal, para santri dikelompokan
sesuai umur dan tingkat kemampuannya. Dalam pendidikan Pesantren dikenal jenjang
pendidikan yaitu :Awaliyyah, Wustho, Ulya, Ma’had ‘Ali.
Berdasarkan
system pembelajarannya, maka pesantren dapat dikelompokkan :
1. Pesantren
Al Qur’an, Pesantren yang secara khusus mempelajari Al Qur’an dan mencetak para Hafidz fdan Hafidzah.
2. Pesantren
Kitab, Pesantren yang secara khusus mempelajari ilmu-ilmu fiqh
3. Pesantren
Alat, pesantren yang secara khusus mempelajari ilmu-ilmu Bahasa Arab, seperti
ilmu Nahwu, Shorof, dan lain-lain.
Sedangkan
tipe secara umum pesantren adalah :
1. Pesanten
Salafiyyah, Pesantren yang tidak menyediakan pendidikan formal, sehingga para
santri hanya khusus belajar di pesantren. Pesantren Salafiyah secara khusus
mempelajari satu bidang keilmuan, seperti fiqh, Hadits, atuapun ilmu alat.
2. Pesantren
Modern, Pesantren yang menyediakan pendidikan formal, sehingga para santri
selain belajar di pesantren juga menempuh pendidikan formal.
3. Pesantren
Perpaduan , Pesantren yang menyediakan pendidikan formal, tapi dalam system
pembelajaranya juga mengikuti system Salafiyyah.
D.
HAL-HAL YANG MENJIWAI DI PESANTREN
Sebagai
lembaga Tafaqquh fiddin (memperdalam agama) pondok pesantren mempunyai jiwa
yang membedakan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainya. Jiwa pondok pesantren
tersebut dinamakan “Panca Jiwa Pesantren”, yaitu :
1. Jiwa
keikhlasan , jiwa ini terbentuk oleh suatu keyakinan bahwa semua perbuatan
(baik atau buruk) pasti akan di balas oleh Allah SWT, jadi beramal tanpa pamrih
tanpa mengahrapkan keuntungan duniawi.
2. Jiwa
Kesederhanaan, sederhana bukan berarti pasif tetapi mengandung unsur kekuatan
dan kaetabahan hati serta penguasaan diri dalam mengahadapi dalam mengahdapi
segala kesulitan.
3. Jiwa
Persaudaraan yang Demokratis, segala perbedaan dipesantren tidak menjadi
penghalang dalam jalinan ukhuwah (persaudaraan) dan Ta’awun (saling menolong).
4. Jiwa
kemandirian, pesantren harus mampu mandiri dengan kekuatannnya sendiri.
5. Jiwa
Bebas, bebas dalam membentuk jalan hidup dan menetukan masa depan dengan jiwa
besar dan sikap optimis mengahadapi berbagai problematika hidup berdaqsarkan
nilai-nilai ajaran Islam. Kebebasan jiwa pondok pesantren juga berarti tidak
terpengaruh dan didikte oleh dunia luar.
Komentar
Posting Komentar